بسم الله الرحمن الرحيم

Selasa, 19 Mei 2015

MENJEMPUT REZEKI

MENJEMPUT REZEKI
Termasuk kesempurnaan Allah adalah luasnya rahmat-Nya kepada seluruh makhluknya serta Maha kayanya Ia, hal ini terbukti dengan diberikannya jatah rezeki masing-masing individu makhluk Allah di dunia ini. Tidak ada satu makhluk-Nya pun yang tidak Ia berikan rizkinya, bahkan hewan sekalipun. Allah berfirman,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي اْلأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” [QS. Hud: 6]
 Oleh karena itu islam begitu ketat mengatur tata cara mencari rizki atau lebih tepatnya menjemput rizki. Maka sajian singkat berikut akan dibahas beberapa hal yang harus kita ketahui tatkala menjemput rizki, selamat menuntut ilmu.

ALLAH SATU-SATUNYA SANG PEMBERI RIZKI [1]
Di antara nama-nama Allah adalah “Ar Rozzaq” dan “ Ar Rooziq”. Nama “Ar Rozzaq” terdapat dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [QS. Adz Dzariyat:58]
Sedangkan nama “ Ar Rooziq” diantaranya terdapat dalam firman-Nya,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقاً حَسَناً وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki.” [QS. Al Hajj: 58]
Dari kedua nama Allah di atas Ar Rozzaq dan Ar Rooziq terkandung didalamnya sifat rezeki. Jadi Allah adalah satu-satunya pemberi rezeki. Dan rezeki Allah kepada hamba-Nya ada dua macam  :
1. Rezeki yang bersifat umum
Yaitu Rezeki yang Allah berikan kepada setiap makhluknya, baik yang muslim, kafir, ta’at atau yang maksiat. Masing-masing makhluk Allah mendapat jatah rezekinya masing-masing sebagaimana dalam firman Allah surat Hud ayat 6 di atas.
2. Rezeki yang bersifat kusus
Yaitu rezeki Allah untuk hati, dengan ilmu, iman, amal sholeh dan taufik mendapatkan rezeki yang halal sehingga membantu perbaikan agamanya, sehingga pada akhirnya Allah masukkan ia kedalam surga-Nya. Allah berfirman,
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ لَهُ رِزْقًا
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” [QS. Ath Tholaq: 11]
REZEKI SUDAH DITENTUKAN
Tahukah anda sebelum anda lahir kedunia jatah rezeki anda telah ditentukan Allah, dari Sahabat Ibnu Mas’ud Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
"Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk (cairan) nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” [2]
PERINTAH MENJEMPUT RIZKI ALLAH
Kendatipun rezeki telah ditetapkan semenjak manusia berada di alam kandungan, namun Allah tidak menjelaskan secara detail. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui rezeki yang akan ia peroleh pada setiap hari dalam hidupnya, sebagaimana firman Allah:
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا
"Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diperolehnya besok". [QS. Luqman : 34]
Oleh karena itu kewajiban kita adalah menjemput rezeki Allah tersebut dan tidak hanya berpangku tangan, hal ini sebagaimana firman, Allah,
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". [QS. Al Jumu’ah : 10]
REZEKI HARUS HALAL
Kita hidup pada zaman dimana banyak orang tidak lagi peduli mana yang halal mana yang harom, hal ini sebagaimana riwayat dari Abu Huroiroh, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli harta yang dia ambil, apakah dari hasil yang halal atau yang haram.” [3]
Padahal syareat kita memerintahkan umatnya untuk mengais rezeki yang halal. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai manusia ! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” [QS. Al Baqoroh : 168]
AKIBAT REZEKI YANG TIDAK HALAL
a.       Terhalangi masuk surga. Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Nabi, beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ مِنْ حَرَامٍ
“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dari yang haram.” [4]
b.      Menghalangi terkabulnya do’a. Abu Hurairoh meriwayatkan,
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Nabi menceritakan seorang laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya kusut pakaiannya berdebu, ia angkat tangannya kelangit, memohon Wahai Robku ! Wahai Robku (berdo’a kepada Allah). Akan tetapi makanan, minuman, pakaian dan makanan yang masuk ke tubuhnya harom. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan (Allah).” [5]
c.       Neraka menunggu untuk membakarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sahabat Ka’ab bin ‘Ujroh,
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidaklah tumbuh setiap daging yang diberi asupan makanan yang haram melainkan nerakalah yang berhak membakarnya.” [6]
PRIORITASKAN REZEKI AKHERAT
Di era sekarang manusia cenderung terbalik. Mereka memprioritaskan rezeki untuk dunia mereka dan menomerduakan akherat bahkan mungkin lupa dengan akherat tatkala mengais rezeki duniawi. Padahal yang benar kita harus memprioritaskan akherat, adapun dunia, kita diperintahkan hanya sekedar tidak lupa dengannya. Allah berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi.” [QS. Al Qoshos : 77]
KUNCI-KUNCI REZEKI
Maksudnya adalah hal-hal yang dengannya Allah akan memudahkan rezeki kita, diantaranya yaitu,
a.       Takwa (Menjalankan Perintah Allah dan Menjauhi Larangan-Nya). Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (solusi)—Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. [QS. Ath Thalaq: 2-3]
Sehingga, secara umum taqwa adalah salah satu pintu rezeki, sebaliknya maksiat adalah salah satu sebab terhalangnya rezeki
b.      Tawakkal kepada Allah. Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
“Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” [7]
c.       Menyambung Tali Silaturrahim. Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturrahim.” [8]
d.      Berinfak. Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ اللَّهُ أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
Allah berfirman, “Berinfaklah wahai anak Adam! Niscaya Aku akan berinfak kepadamu.” [9]
e.      Bersyukur Terhadap Nikmat Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.[QS. Ibrahim: 7]
Bersyukur kepada Allah adalah dengan mengakui dengan hati nikmat tersebut berasal dari-Nya, lalu lisan memuji-Nya dan menggunakan nikmat tersebut pada jalan ketaatan kepada-Nya.
PENUTUP
Demikianlah penjelasan ringkas tentang hal-hal yang berkaitan dengan rezeki Allah yang diberikan kepada kita. Sekali lagi kewajiban kita hanya berusaha menjemputnya, adapun berapa yang kita dapatkan adalah hak prerogatif Allah ta’ala. Maka jangan takut tidak mendapatkan rezeki Allah, dalam pribahasa arab dikatakan,
إِذَا لَمْ تَعْرِفْ عُنْوَانَ رِزْقِكَ فَلاَ تَخَفْ ! فَإِنَّ رِزْقَكَ يَعْرِفُ عُنْوَانَكَ
“Jika anda tidak mengetahui di mana rezekimu, jangan takut ! Karena rezekimu tahu dimana kamu berada.”
Allahu A’lam bisshowwab
Ibnu ram 080515






[1] Point ini disarikan dari kitab Fiqh Asma’ Al Husna hal 103-105
[2] HR. Muslim, no 2643
[3] HR. Al Bukhori, no. 2083
[4] Silsilah As Shohihah, no. 2609
[5] HR. Muslim, no. 1015
[6] Shohih At Tirmidzi, no. 614
[7] Shohih Tirmidzi, no. 2344
[8] HR. Al Bukhori, no. 5985
[9] HR. Al Bukhori, no. 5352

Tidak ada komentar:

Posting Komentar